Please click here to leave an anniversary message (in any language you choose). You do not need to be a member of Lowlands-L to do so. In fact, we would be more than thrilled to receive messages from anyone. Click here to read what others have written so far.
What’s with this “Wren” thing?
The oldest extant version of the fable
we
are presenting here appeared in 1913 in the first volume of a two-volume anthology
of Low
Saxon folktales (Plattdeutsche
Volksmärchen “Low German Folktales”)
collected by Wilhelm Wisser (1843–1935). Read
more ...
Baba
Malay, Straits Chinese Malay
Variety of Singapore and Southern Malaysia
Bila lak poan sekor burong k’haohu ada sarang di pondok kreta. Sikit ari burong
laki-bini dua-dua trebang keluar ontok susoh dan carek makan bagi budak-budak
dia, dan anak burong kesian tu diri-seniri di-dalam sarang.
Lepar bebrapa bentar Pak K’haohu balek ke sarang.
“Alamak! Apakah jadi di-sini lah?” dia kata, “Sapa menakutkan lu, budak-budak?
Mati badan! Lu smua kebetolan gerun lah!”
“Oh, Pak!” budak-budak k’haohu meratap dan melalak, “Baru tadek sekor
momok manyak besar datang
ke-sini. Rupa dia sangat co lo dan garang! Dia merenung dan beliak ke-dalam
sarang kami dengan mata besar dan rambang. Pasar itu kami
skarang ati it go it cap!”
“Ehn? Amboy!” Sang K’haohu kata, “Kemanakah dia pirgi?”
Brikutan dengan dia lekar-lekar trebang mengejar dia.
Ketika dia sampay kelengkok, melihat sekor singa trempap-empap berjalan
di-sana.
Ketapi burong itu taklah cuak. Dia ciang blakang singa dan mulay tenkeng.
“Adohay! Lu kek sim su kah?” dia huak, “Apa adat lu datang ke gua mia tempat
tinggar dan mengarus gua mia budak-budak kekaseh? Lu suka-suka ciak pa sio
eng ciak
pin dan han anak kecikkah? Suay siou lah!”
Singa hoan tiok, tak amek peduli, anya trus-menerus berjalan dengan
tak suara.
Ragam itu membuat pahlawan kecik dan kan
ciong tu lebeh brang layk, lebeh khi kha kun layk. “Lu tak berhak datang ke gua mia rumah! Lu mengertikah? Dan kalu lu datang
sekali layk …” dia huak dan banting diri bo huat, “Yah … lu nanti lihat apa
nang trejadi!
Ala! Sunggu gua tak ingin melakukan ni …” dia kata dan mengangkat satu kaki
dia, “tapi sunggupun gua bo pian, mo takmo entak nanti peca lu mia blakang
dengan trajang.”
Lepar tu Sang K’haohu trebang kembali ke sarang dia.
“Tu! Sua bungkus! Gua sua menang sorak, budak-budak!”, dia kata, “Gua
sar mengatay samseng cilaka tu. Dia sua tentu besok-besok tak brani kembali
layk lah.”